Pada Forum Pemimpin Agama Dunia, Gus Yahya mengusulkan strategi penyelesaian konflik global: Samudera Nasional

Uncategorized35 Dilihat

JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf menyerukan para pemimpin agama dunia untuk peduli terhadap isu kemanusiaan, hidup berdampingan, perdamaian dan perlindungan lingkungan. Permasalahan ini harus menjadi salah satu prioritas utama agenda strategis mereka.

“Perlindungan lingkungan hidup, pelestarian bumi sebagai rumah besar umat manusia merupakan tugas besar yang harus dipenuhi dan dipenuhi oleh seluruh umat beragama. “Para pemuka agama harus mencermati masalah ini,” kata Gus Yahya alias KH. Yahya Cholil Staquf dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/7/2023).




Hal itu diungkapkan Gus Yahya dalam pidatonya pada Global Faith Summit on Climate Action atau Konferensi Internasional Pemimpin Agama tentang Perubahan Iklim yang akan diselenggarakan pada 6-7 November 2023 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).

Pada dasarnya, kata dia, keberadaan manusia di bumi ini memikul tanggung jawab terhadap bumi itu sendiri. Masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk hidup dan berkembang dengan segala kebutuhannya.

Namun pada saat yang sama, manusia mempunyai amanah dan tanggung jawab untuk menjaga alam semesta. Dalam arti yang lebih langsung, keberadaan manusia di muka bumi ini memikul tanggung jawab atas nama Tuhan atas perlindungan dan kesejahteraannya.

“Berbagai macam kerusakan yang terjadi di muka bumi dan diakibatkan oleh manusia saat ini merupakan akibat dari kecerobohan manusia terhadap jati dirinya dan tidak adanya komitmen dan pemenuhan Tuhan sebagai khalifah-Nya di muka bumi. ,” dia berkata.

“Kecerobohan ini akibat ulah manusia dalam perebutan penguasaan sumber daya alam di antara mereka sendiri,” imbuhnya.

Ikuti berita Okezone berita Google

Baca Juga  Ivan Gunawan Tanggapi Sindiran Netizen Usai Filter Makeup Kental yang Viral: Okezone Celebrity


Gus Yahya menambahkan, semakin terpecah belah dan kontradiktifnya umat manusia, saling berkonflik, maka semakin sewenang-wenangnya dalam memanfaatkan sumber daya alam yang dikuasainya. Dinamika konflik, konflik dan pertikaian adalah hal yang diperlukan untuk menciptakan kekacauan di muka bumi ini.

Gus Yahya mengatakan, upaya menjaga kesehatan bumi dan alam memerlukan dua hal penting. Pertama, keharmonisan hubungan dan perjuangan antar umat manusia. Kedua, pendistribusian sumber daya alam dengan mengedepankan rahmah (kasih sayang) dan ada (keadilan).

“Saling curiga dan permusuhan mutlak perlu dihilangkan agar kemudian dapat menjadi landasan dalam membangun keharmonisan kehidupan masyarakat,” kata Gus Yahya.

Di tengah persoalan lingkungan hidup yang melanda bumi dan umat manusia saat ini, pengambilan keputusan strategis untuk mengatasi dan menyelesaikannya juga harus mengedepankan belas kasihan dan kasih sayang. Jangan hanya memilih satu strategi yang secara logis dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan lebih serius terhadap Bumi dan/atau memperbaiki kerusakan yang sudah ada, namun pada saat yang sama juga merugikan satu sisi masyarakat manusia.

Gus Yahya juga menegaskan, strategi yang akan dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan juga harus mempertimbangkan dampak kemanusiaan secara komprehensif.

“Jika ada satu pihak yang mungkin dirugikan akibat pilihan strategis yang diambil, maka insentif dan inisiatif yang adil harus diberikan kepada pihak tersebut, dan strategi yang layak dan dapat dilaksanakan harus disediakan untuk mempersiapkan dan membantu kelompok yang kurang beruntung sehingga dapat beradaptasi agar keselamatannya tetap terjaga,” imbuhnya.

Global Faith Summit on Climate Action, atau Konferensi Internasional Pemimpin Agama untuk Perubahan Iklim, terselenggara atas kerja sama Majlis Hikama Muslimin UEA bekerja sama dengan PBB sebagai bagian dari rangkaian acara COP28 UAE – United National Climate Change Conference .

Baca Juga  Polisi Paris menembak wanita berhijab yang meneriakkan Takbir dan kata-kata ancaman: Okezone News

Gus Yahya menyampaikan pidato dalam bahasa Inggris dengan topik “Ekologi Spiritual: Memenuhi Amanat Al-Qur’an untuk Melayani Sebagai Wakil Tuhan di Bumi (Khalîfah fî al-Ardh)” pada acara yang mempertemukan para pemimpin agama terkemuka dari seluruh dunia. Teks pidato tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul “al-Îkûlûjiyâ al-Rûhiyyah: Istîfâ al-Amr al-Qur’ânî li al-Idhthilâ’ bi Daur al-Khalîfah fî al-Ardh”.

Selain Gus Yahya, beberapa tokoh penting dunia Islam lainnya juga turut berbicara dalam forum tersebut, seperti Yang Mulia Syeikh Nahyan bin Mubarak al-Nahyan (Menteri Toleransi dan Hidup Berdampingan, UEA), Yang Mulia Syeikh Muhammad al-Dhuwaini (Wakil Menteri Urusan Agama dan Islam) Grand Sheikh Al-Azhar, Mesir), HV Sheikh Allahsukur Pasahzadeh (Mufti Agung Kaukasus, Azerbaijan), Dr. Salim bin Muhammad al-Malik (Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia Islam ISESCO, KSA), Syekh Abdullah bin Ahmad al-Khalifa (Direktur King Hamad Global Center for Peaceful Coexistence, Bahrain), Syekh Talgat Tadzhuddin (Kepala dari Islamic College Rady, Rusia), Dr. Syafiq Mughni (Organisasi Muhammadiyah, Indonesia) dan lain-lain.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *