Diramal Jeblok, Rupiah Malah Gagah Perkasa Hari Ini

Berita, Teknologi1170 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang pengumuman data inflasi AS Kamis malam nanti.

Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis 0,07% terhadap dolar AS di angka Rp15.180/US$1 pada perdagangan hari ini, Kamis (10/8/2023).

Rupiah sempat melemah di awal perdagangan dan menyentuh titik tertinggi Rp15.215/US$1. Penguatan ini memperpanjang penguatan kemarin yang terapresiasi sebesar 0,16% ke Rp15.190 dan semakin menjauhi level Rp15.200/US$1.



Penguatan Rupiah ini terjadi di tengah sikap wait and see pasar perihal data inflasi AS yang akan dirilis malam nanti.

Polling yang dilakukan Dow Jones memperkirakan inflasi AS akan mencapai 0,2% (month to month/mtm) dan 3,3% (year on year/yoy) pada Juli. Sebagai informasi, inflasi AS pada Juni berada di 0,2% (mtm) dan 3% (yoy).

Artinya, polling memperkirakan inflasi AS (yoy) akan meningkat. Hal ini menjadi kekhawatiran pasar karena inflasi yang meningkat akan membuat Bank Sentral AS (The Fed) kembali hawkish dengan kebijakan suku bunganya. Kenaikan inflasi akan menjauhkan AS untuk memenuhi target inflasi The Fed di kisaran 2%.

Selain itu, AS juga akan mengabarkan data penting yaitu tingkat klaim pengangguran. Pada pekan sebelumnya, jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran AS mencapai 227 ribu. Jumlah tersebut naik dari pekan sebelumnya yang sebesar 221 ribu.

Melansir Trading Economics, konsensus pasar memperkirakan klaim pengangguran pengangguran AS akan kembali meningkat menjadi 230 ribu. TEForecast memprediksi kenaikan yang lebih rendah di 229 ribu.

Kenaikan tersebut cukup kecil untuk menyimpulkan jika pasar tenaga kerja AS sudah mendingin. Hal ini bisa mendukung kemungkinan bahwa The Fed masih akan memperpanjang siklus pengetatannya tahun ini.

Baca Juga  Markeplace Properti Rumah.com Akan Tutup, 61 Karyawan di PHK

Beralih ke domestik, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memproyeksikan rupiah akan bergerak di angka Rp15.083 hingga Rp15.345. Menurutnya, angka tersebut merupakan proyeksi untuk satu pekan ke depan.

Ia pun berharap agar perekonomian Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang solid hingga akhir tahun ini dengan performa ekspor yang yang masih menggeliat. Ekspor relatif kuat karena komoditas andalan ekspor tidak mengalami penurunan harga yang sangat drastis.

Dia mengatakan Bank Indonesia juga masih bersikap akomodatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap menjaga bunga moneter di 5.75%. Suku bunga diproyeki akan ditahan hingga akhir 2023.

Dia mengatakan BI juga akan terus menerapkan kebijakan makroprudensial berbasis insentif bagi perbankan yang memberikan kredit ke sektor yang memberi nilai tambah ekonomi yang besar dan juga ramah lingkungan.

Namun, dia mengingatkan investor bisa melakukan aksi buy on dip setelah harga aset di pasar keuangan Indonesia terdiskon dalam beberapa hari terakhir.

“Terutama merespon aksi pelaku pasar yang antisipatif terhadap hasil rilis data inflasi Amerika Serikat pada malam ini dan juga berbagai kabar kurang baik dari global, termasuk juga pemangkasan rating perbankan skala menengah di Amerika Serikat maupun lonjakan harga komoditas pangan dan energi,” imbuhnya.

Sebagai informasi, diketahui fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kategori positif. Terbukti dari hasil rilis data penjualan ritel kemarin yang berbalik positif 7,9% yoy dari periode sebelumnya yang sempat turun tajam sebesar 4,5% yoy.

Pertumbuhan ini merupakan yang tercepat sejak April 2022, didorong oleh rebound penjualan makanan (12,0% vs -2,7% di bulan Mei) dan bahan bakar (0,2% vs -8,4%), di tengah kenaikan penjualan pakaian yang lebih cepat (15,0% vs 7,1%), karena konsumsi menguat di tengah musim liburan bagi pelajar.

Baca Juga  Bisnis Inklusif Penting untuk Jamin Ketahanan Pangan

Selain itu, penjualan barang budaya & rekreasi turun lebih sedikit (-0,9% vs -6,6%), informasi & komunikasi (-16,3% vs -25,3%), dan peralatan rumah tangga (-6,9% vs -8,4%). Sementara penjualan suku cadang & aksesoris otomotif terus turun (-5,2% vs -1,2%).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Menguat ke Rp 14.750/USD, Efek Investor “Buang” Dolar?

(rev/rev)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *